Bahkan ketika wajahmu tak berpaling melihatku kembali. Aku
sudah tak sanggup menunggu lebih lama lagi. Ada bagian dimana setiap jengkal
kenangan menjadi sakit yang luar biasa. “Sudah hapuskan saja!” Teriakku. Habis
sudah masaku, untuk tetap berdiri di tempat ini. Bersandar pada tiang besi sisi
jalan. Mengucap setiap kesal yang bisa terucap. Menyumpahi diri sendiri, begitu
bodohnya aku memilih jalan hidup begini. “kau bodoh Agnes, kau begitu bodoh!”
kemudian semua orang menatapku, aku hanya menunduk di tempat yang sama. Meneteskan
berjuta-juta air mata demi ragamu yang telah melukai. Laki-laki macam apa aku
ini?