Aku masih disini, karena apa?
Bukan karena harus, melainkan karena terpaksa. Alih-alih ingin, berfikir tuk bertahanpun sedikit sulit dan harus di paksakan.
Sampai kapan perlakuan ini akan bertahan?
Sampaikah aku bertahan di ujung?
Kata orang kenyamanan tidak bisa dibeli, tapi kali ini, aku menyangkalnya.
Kenyamananku telah dibeli, oleh kesenangan yang setiap bulan dirasakan.
iyaaa, setiap bulan menyogokku dengan uang.
Lebih dari Upah Minimum Regional, sekarang. Lebih dari itu, bahkan cukup untuk mengkredit rumah mewah nan megah.
Tapi kenyamananku direnggutnya, hak ku untuk merasa bebas dalam aturan-aturan yang mengikat telah digadainya.
Wahai pimpinan, tahukah anda bahwa saya sangat terpaksa dan memaksakan diri saya untuk berdiri tegak disamping anda?
Tahukah anda, bahwa saya hendak memilih menjauh dan berbalik badan kemudian pergi ke tempat lain?
Lalu tahukah anda, bahwa itu bukan hanya saya, melainkan beberapa dari kami merasakan hal yang sama?